Kamis, 22 Januari 2009

MENGAPA TERKENA SANTET ?

Jawabanya hanya satu….Hati kita sedang jauh dari Allah !!.
Mungkin kita gak terima dengan kalimat tersebut karena kita merasa sudah melakukan sholat, baca Alquran, bahkan puasa….itu ngawur…kita membela diri. Untuk mengurai benang merahnya, mari kita amati dulu dalam diri kita sendiri.
Sejujurnya, apakah setelah kita mengerjakan sholat masih suka memaki, mencela, ngegosip, memfitnah, membicarakan aib orang, iri, menyakiti orang lain, berprasangka, sombong dsb ? Kalau jawabanya iya berarti selama ini kita hanya “melakukan” sholat, bukan “mendirikan” sholat ( bukankah sholat mencegah perbuatan keji & mungkar? ), demikian juga ibadah-ibadah kita yang lain pasti masih hanya sebatas ritual ( kebiasaaan, budaya tanpa ada makna, sebatas gugur kewajiban ). Di sinilah kuncinya, kenapa banyak orang yang rajin sholat, mengaji, puasa dan rajin melakukan bentuk bentuk ibadah yang lain tetapi masih juga terkena yang namanya santet / sihir. Semua itu karena kualitas ibadah kita, memang, secara fisik / lisan kita melakukan ibadah, tetapi hati tidak nyambung ( tuning / shilatun ) kepada Allah, atau paling banter nyambungnya hanya pada saat melakukan ritual saja, setelah selesai ritual hati kita kembali turun derajatnya ke langit dunia, hati kita tidak lagi berada pada wilayah Illahi, padahal Allah meminta kita untuk berada di wilayah ini setiap saat ( ingat Allah pada saat berbaring, duduk & berdiri). Ternyata kita lebih suka berada di wilayah dunia yang pasti berpasangan / tidak tunggal ( ada siang-malam, panas-dingin, sehat-sakit, senang-susah, energi negatif-energi positif, ada mantera penyihir-ada mantera penangkal, dll),
Santet / sihir memang ada, tetapi semua itu akan jadi tidak ada jika posisi kita selalu shilatun/ nyambung kepada Allah, artinya setiap keluar masuknya nafas kita selalu ingat & tidak bertentangan dengan syariat Allah. Begitu kita berpaling atau berani menerobos aturan Allah karena kuatnya nafsu amarah & lawamah dalam diri kita, secara otomatis kita sudah berada di wilayah rendah ( tidak lagi di wilayah Illahi ) yang pada saat itu pula Allah meletakkan Syetan di dalam aliran darah kita. Jadi setan itu gak usah diusir-usir karena setan ada dalam aliran darah begitu kita lalai kepada Allah ( sudah tersystem seperti itu )
Santet/ sihir ada beberapa cara, bisa menggunakan bantuan mahluk sebangsa jin, kalau si penyantet menggunakan cara ini, sebenarnya sangat mudah untuk menangkalnya, segeralah kita berlari kepada Allah dengan sungguh sungguh & penuh keyakinan, karena iblis sendiri sudah menyatakan bahwa bangsa mereka tidak akan bisa mengganggu orang orang yang menyerahkan diri kepada Allah ( berislam )
Cara yang kedua adalah dengan cara mengirimkan energi negatif kepada sang korban, bisa melalui frekuensi/energi benda, getaran, halusinasi, affirmasi, hipnotis, dsb. Penangkalnya juga bemacam macam, ada yang tidurnya harus menyentuh lantai, menyimpan besi kuning, menanam bambu kuning dll. Tetapi masaalahnya apakah cara-cara seperti itu akan menambah kedekatan kita kepada Allah atau malah menghijab karena ingatan kita akan terfokus kepada benda penangkal tersebut. Bahkan kita akan disibukkan dengan hal hal seperti itu, kita akan lari kesana kemari untuk mencari penangkal, kita akan dibikin capek.
Sedikit tips untuk menghindari santet/sihir :
- Selalu dalam keadaan berserah diri kepada Allah
- Meningkatkan kualitas ibadah kita
- Hati tidak terpaut di wilayah dunia ( sebab akibat )
- Tidak menyakiti orang lain dengan kata-kata atau perbuatan
- Banyak meminta maaf kepada orang sekeliling kita ( silaturahim)
- Banyak menebar salam ( salam bukan hanya sekedar budaya atau identitas seorag muslim karena makna salam adalah saling mendoakan keselamatan bagi orang lain seperti yang dilatihkan dalam setiap akhir sholat )
Allah Maha adil, Allah tidak pernah menyiksa hambanya, segala sesuatu karena perbuatan manusia itu sendiri ( harus selalu bermuasabah), barang siapa menanam benih padi akan tumbuh padi, siapa menanam angin akan tumbuh badai, siapa menanam energi negatif akan mendapatkan negatif
Muslim yang paling muslim, menurut Nabi Muhammad SAW, ialah orang yang lisan dan tangannya tidak pernah menyakiti sesama. Mukmin sejati ialah orang yang lisan dan tangannya tidak menyakiti orang-orang lain. Orang mukmin bukanlah, orang yang suka melukai hati; bukan tukang melaknati; bukan orang yang suka bicara kasar kepada sesama.
Wassalam,
I-ONE