Senin, 06 Oktober 2008

UNTUK APA MANUSIA HIDUP ?

Pernahkah kita merenungkan untuk apa kita hidup di dunia ini? Apakah hidup kita sudah sesuai dengan ketentuan (karepe) Gusti Allah? Pertanyaan itu kelihatannya sederhana tetapi ternyata juga tidak mudah untuk menjawabnya, mari kita renungkan ayat di bawah ini:
" Tidak Aku ciptakan Jin & Manusia melainkan untuk beribadah kepadaKu "(QS Adz Dzaariyaat 56 )
Kita diciptakan di dunia ini hanya untuk mengabdi/beribadah kepada Allah, tidak ada tujuan lain. Lalu bagaimana cara mengabdinya? Untuk lebih mudahnya mari kita cermati dua bentuk ibadah seperti di bawah ini.
  • Ibadah yang berhubungan langsung dengan Allah yaitu ibadah RITUAL seperti shalat, puasa, mengaji, dll.
  • Ibadah yang berhubungan dengan manusia yaitu ibadah SOSIAL seperti zakat, sedekah, menolong sesama, mengunjungi orang sakit, dll.
Kedua hal tersebut merupakan satu kesatuan yang tidak dapat dipisahkan, keduanya dalam rangka ibadah kepada Allah yang harus dijalankan secara seimbang karena manusia terdiri dari jasad & ruh. Namun sayangnya kebanyakan kita mengartikan ibadah hanya sebatas ibadah ritual saja. Kita merasa sudah mendapat tiket surga kalau sudah melaksanakan shalat, puasa, mengaji tanpa memperdulikan ibadah sosial yang berhubungan dengan manusia. Padahal Islam adalah agama Rahmatan lil alamin (membawa rahmat bagi alam semesta yang mencakup semua mahluk Allah diantaranya manusia, hewan, tumbuhan, dsb) Nabi Muhammad pernah menegur seorang yang setiap hari hanya sibuk di dalam masjid tanpa melakukan ibadah sosial.
Puncak dari keberhasilan ibadah khususnya sholat adalah kita terhindar dari perbuatan keji & mungkar (sombong, ngegosip, curiga, ngomel, memaki, mencaci, marah, menyakiti orang lain secara fisik ataupun menyakiti dengan kata kata, dll ). Kita harus berhati-hati terhadap siapapun karena Allah mengabulkan doa orang orang yang ikhlas & teraniaya, doa mereka mendapat prioritas utama untuk diijabah Allah. Lalu kira kira apa kriteria orang yang teraniaya itu? Orang yang teraniaya adalah orang yang tertindas, tertekan, merasa tidak bisa berbuat apa-apa terhadap perbuatan orang yang menyakiti, memarahi, mencaci, memaki, menggunjing, memfitnah, menghardik dan lain lain, mereka hanya bisa berkata kata dalam hati & kebanyakan mereka hanya bisa berdoa dalam hati. Contoh nyata dalam kehidupan keseharian kita orang orang yang sangat berpotensi teraniaya adalah orang fakir miskin, pengemis, pembantu, saudara2 kita yang lemah (lemah secara ekonomi ataupun jasmani), bahkan orang yang teraniaya bukan hanya sebatas itu, bisa jadi istri kita, suami kita, anak anak kita, nenek/kakek, cucu, saudara sekandung, tetangga, pegawai kita, dsb. Selama mereka tidak mempunyai kekuatan untuk membela diri dari perbuatan kita, mereka adalah tergolong orang yang sedang teraniaya, untuk itu kita harus berhati hati kepada setiap orang. Ada baiknya kita meniru budaya orang Indonesia (jawa) yang sedikit-dikit minta maaf (Nuwun Sewu, ngapunten) yang tujuannya supaya tidak ada yang tersakiti oleh tindakan atau kata kata kita.
Tujuan Allah memerintahkan beribadah (sosial) untuk melatih manusia supaya dalam kehidupan bermasyarakat tidak melakukan yang dilarang Allah karena akan merugikan diri sendiri (Allah tidak pernah menzalimi mahluknya, segala bencana/siksa karena perbuatan manusia itu sendiri QS : Al baqarah 57). Jadi, sebenarnya tinggal manusianya sendiri yang memilih. Ada hadist yang menjelaskan betapa gawatnya kesalahan antar manusia apabila tidak diselesaikan sewaktu masih hidup. Dalam hadis yang bersumber dari Abu Hurairairah r.a riwayat imam Bukhari, Nabi Muhammad SAW berpesan, “Barang siapa mempunyai tanggungan (kesalahan yang merugikan) kepada saudaranya, baik mengenai kehormatannya atau yang lain, hendaklah dimintakan halal/maaf sekarang juga, sebelum uang tidak laku….”. Di akherat uang tidak laku, tidak bisa untuk menebus kesalahan. Mumpung masih di dunia, belum di akherat, mari kita segera menyelesaikan masalah kita dengan sesama. Sebab jika tidak, masalah itu akan menjadi ganjalan kelak di akherat, ibadah ritual kita akan sia sia. Dalam hadist sahih yang lain, digambarkan betapa ruginya seorang ahli ibadah gara-gara kelakuannya yang tidak baik kepada sesama, pahala-pahala ibadah yang diharapkannya dapat mengantarkannya ke surga akan habis digunakan untuk ‘menebus’ kesalahan-kesalahannya terhadap sesama, bahkan karena besarnya tanggungan kesalahan itu, malah menjerumuskannya ke neraka, kalau istilah dagangnya bangkrut.
Jadi ada baiknya kita mulai memperbaiki diri & segera memperbaiki hubungan kepada sesama dengan saling meminta maaf, saling menjaga keselamatan dari lidah & tindakan kita seperti makna salam yang selalu kita ucapkan pada akhir sholat, saling menolong tanpa memandang suku, agama, ras, golongan, keturunan, jabatan, dll, supaya ibadah ibadah ritual kita kepada Allah tidak habis oleh kesalahan kesalahan kita terhadap sesama sebab Allah tidak akan menerima taubat / permohonan ampun kita jika orang yang kita sakiti tidak menghalalkan / memaafkan kesalahan kita.
MOHON MAAF LAHIR & BATHIN ATAS SEGALA KEKHILAFAN
SELAMAT IDUL FITRI 1429 H
Wassalam
I-ONE

Tidak ada komentar:

Posting Komentar