Di pinggiran sebuah kota dingin ada seorang Mursyid kedatangan beberapa orang dengan bermacam latar belakang, ada yang mantan Preman, seorang Akademisi, seorang Politisi, seorang Pengusaha, & seorang Santri. Kelima orang yang berbeda latar belakang tersebut mempunyai tujuan yang sama, yakni ingin mengenal Allah. Tak terkecuali si Santri yang sebenarnya sudah khatam baca Al Quran berkali kali tetapi masih merasakan kekeringan jiwanya, hidupnya masih jauh dari Islam yang Rahmatan lil alamin.Kelima orang tersebut menginginkan suatu amalan ataupun cara untuk mengenal Allah. Singkat cerita sang Mursyid (Pembimbing) memberikan amalan kepada kelima orang tersebut dengan amalan yang berbeda beda sesuai dengan kondisi/kadar masing masing, ada yang diberi amalan Qulhu, Ayat Kursi, Al Fatekha, Doa-Doa Nabi, nukilan dari ayat Quran, dsb, yang masing masing harus dilakukan setelah sholat lima waktu dan sholat tengah malam selama 40 hari.
Empat puluh hari pun berlalu, kelima orang tersebut kembali mendatangi sang Mursyid untuk memberi kabar perkembangan spiritual mereka, maka terjadilah dialog diantara mereka :
Sang Mursyid bertanya : Wahai saudara saudaraku seperjalanan, bisakah kalian menceritakan pengalaman yang kalian dapatkan setelah empat puluh hari ?
Orang ke 1, dengan bangganya berkata : Saya telah mengenal Allah, saat ini saya bisa melihat sesuatu yang akan terjadi (weruh sak durunge winarang) dan saya bisa melihat mahluk selain manusia.
Orang ke 2, dengan tangkasnya juga menceritakan : Saat berdzikir, tubuh saya bisa melayang layang, saya bisa pergi ke mana- mana untuk melihat suatu tempat tanpa berpindah dari tempat duduk. ( ngrogo sukmo )
Orang ke 3, juga tak mau kalah berkata : Saya telah mengenal Allah, Sekarang saya bisa menyembuhkan orang sakit, saya bisa mengobati orang sakit hanya dengan air yang saya beri doa atau saya salurkan getaran.
Orang ke 4 : Setelah mengamalkan amalan tersebut, usaha saya mengalami kemajuan pesat, order berdatangan, sampai harus menolak nolak order, rezeki saya berlimpah limpah
Orang ke 5 berkata : Saat berdzikir, saya merasakan kebahagiaan yang sangat, kenikmatan, keheningan, adem ayem, tentram, mantheng….seakan-akan nggak mau ngapa-ngapain lagi…uenak pol....saya telah mengenal Allah., tuturnya
Mendengar penuturan kelima orang tersebut sang Mursyid dengan tersenyum bertanya : Apakah kalian sudah merasa mengenal Allah?
Kelima orang tersebut serentak menjawab …… Ya…!! Kami telah mengenalNya…Alhamdulillah....
Dengan sedikit menggoda Sang Mursyid pun kembali bertanya : Jika suatu saat karomah yang kalian rasakan/peroleh saat ini dari amalan tersebut hilang bagaimana ? Apakah kalian masih tetap merasa mengenal Allah? apakah kalian akan tetap berdzikir ?
Kelima orang tersebut tertegun dengan pertanyaan sang Mursyid : …!@#$$%%^^&&&***()!!!???????^%$^^^ ( mereka semua tidak bisa menjawab pertanyaan sang Mursyid yang tidak disangka sangka itu, diam diam dalam hati mereka ada rasa ketakutan kalau nggak bisa menerawang, menyembuhkan orang lagi, nggak bisa melayang-layang lagi, rezekinya berkurang, dsb )
Dengan bijaksana sang Mursyid memberi wejangan : Allah itu seperti sangkaan hambanya, jika kalian merasa mengenal Allah sebatas ilmunya atau apa yang kalian alami/peroleh, maka Tuhan kalian hanya sebatas itu. Tetapi jika kalian memperluas sangkaan, maka akan lebih luas/besar lagi yang kalian peroleh. Jangan kita berhenti pada ilmu atau karomah saja, tetaplah lurus seperti doa yang selalu kita ucapkan dalam sholat “ kuhadapkan wajahku ke WajahNYA dengan Lurus “
Sambil terbengong bengong salah seorang memberanikan diri bertanya : Maksud Mursyid bagaimana ?
Sang Mursyid berkata : Saya tidak akan menjelaskan dengan kata kata karena tak akan mampu menampungnya, tetapi harus dijalani ( seperti kalau kalian ingin tahu rasanya gula, tidak hanya sekedar difinisi manis, tetapi harus dijilat/dirasakan). Nah, mulai saat ini, tinggalkan/letakkan pengalaman semua itu... ( Kelimanya semakin bingung, mereka berkata dalam hati, Mursyid ini bagaimana sih, kita yang sudah mulai menemukan Tuhan & merasa enak/bahagia kok malah disuruh berhenti / meletakkan semua itu.). Kalian kembalilah ke sini bulan depan, gantilah dzikir yang telah kuberikan dahulu dengan menyebut Allah…Allah… Allah…amalkan apa yang telah kuberikan tanpa terbatas jumlahnya & dengan satu syarat, sekali lagi tinggalkan pengalaman pengalaman kalian 40 hari kemarin.
Satu bulan pun telah berlalu, sang Mursyid kembali bertemu dengan kelima orang tersebut, seperti biasa sang Mursyid memulai pembicaraan dengan menanyakan : Apa yang kalian dapatkan setelah satu bulan ?
Kali ini jawaban mereka tidak seheroik jawaban bulan kemarin, mereka menjawab dengan rasa penuh Tawadu':
Orang ke 1 menjawab : SUBHANALLAH….
Orang ke 2 menjawab : ALHAMDULILLAH
Orang ke 3 menjawab : ALLAHU AKBAR
Orang ke 4 menjawab : LAA ILA HA ILLALLAH
Orang ke 5 menjawab : LAA HAULA WALLA QUWATTA
HANYA SESINGKAT ITUKAH JAWABAN MEREKA ….????????
Sang Mursyid pun tersenyum mendengar jawaban kelima orang tersebut karena atas Ridho Allah, dia telah berhasil menghantarkan/menjadi teman seperjalanan kelima orang tersebut untuk menemui Tuhannya yang tidak dapat diwakili dengan kata kata. Karena kelimanya telah meluruskan niat untuk mengenal yang Maha Hidup. Mereka telah bisa melewati langit pertama yaitu langit dunia dengan segala kenikmatan inderawi. Mereka telah bisa melewati langit kedua yang telah sempat menggoda (melengahkan mereka menuju Allah) karena baru terbukanya Mata Ghaibnya (belum terbukanya Mata Hatinya). Mereka telah bisa melewati langit ketiga, keempat sampai langit ke tujuh. Mereka telah mengalami perjumpaan dengan Allah....Ahad...Ahad....Tidak ada tujuan lain selain Allah, tidak ada sandaran lain selain Allah, tidak ada kekhawatiran atas sesuatu apapun, tidak ada kegelisahan dunia, tidak ada ke”aku”an, tidak ada kesombongan apapun, kita di dunia ini adalah wakil ( kepanjangan tangan ) Allah untuk menjadi rahmat bagi seluruh alam. Yah..memang jalan untuk berjumpa dengan Sang Rabb memang selicin rambut dibelah tujuh seperti titian jembatan Siraatal Mustaqim. So...hati hati tergelincir...Wassalam
I-ONE
Tidak ada komentar:
Posting Komentar