Rabu, 26 November 2008

MENGHARAP ALLAH ATAU ILMUNYA?

Sejak kecil kami sering mengaji bersama di langgar (surau ), dari kecil sahabat ini sangat rajin beribadah, sampai menginjak remaja dia tetap itiqomah dalam beribadah (tidak neko neko kata orang jawa). Hampir sepuluh tahun kami tidak pernah bertemu, pada pertemuan terakhir sepuluh tahun yang lalu semua tidak ada yang berubah, tetapi alangkah terkejutnya saya ketika kembali bertemu.Ada perubahan 180% dari kondisi terakhir ketemu, secara fisik tampak dia bukan yang dulu lagi, bahkan di sendiri sudah tidak mengenali diri sendiri (gendheng). Rasa penasaran menyelimuti diri untuk memberanikan bertanya kepada orang terdekat di lingkungannya, mengapa dia mengalami hal itu. Dari mereka saya mendapat informasi bahwa sejak lima tahun lalu dia mendalami suatu ilmu. Astaghfirullah….Saya jadi teringat guyonan nakalnya waktu kecil dulu yang kata katanya masih jelas terekam: ” Suatu saat aku ingin jadi orang terkenal, aku ingin menjadi orang yang mempunyai ilmu bisa melihat sebelum kejadian & “Clairvoyant “ (menerawang atau melihat dari jauh) sehingga orang pada datang kepadaku dengan membawa segepok dolar untuk menyelesaikan masalahnya, aku bisa kaya tanpa susah-susah bekerja….hi..hi…hi… “ katanya dengan nada nakal. Pada saat itu pula saya sempat menimpali : “ojok ngilmu lek durung kuat dedheke, jare mbahku nggarai gendheng” ( jangan memepelajari ilmu macam macam kalau belum bisa ikhlas, kata kakek saya nanti bisa jadi gila . Kakek saya menegur karena pada saat itu saya ketahuan membaca kitab mujarobat yang saya beli dari kaki lima secara diam diam). Ternyata guyonan itu bukan hanya sekedar guyonan, tetapi benar-benar dilakukannya.
Pada awalnya dia hanya coba-coba saja, mulai dari teman teman dekat, keluarga sampai orang di kampungnya sudah mulai ada yang tertarik untuk berkonsultasi, terkadang memang tepat, tetapi juga kadang mrusut (tida tepat). Nah rupanya hal ini semakin membuat dirinya penasaran. Untuk beberapa bulan dia tidak mucul di kampungnya, katanya lagi tirakat supaya ilmunya tambah jos. Sekembalinya dari tirakat, memang ada kemajuan pesat, hampir semua terawangannya semakin tepat, seiring dengan itu memang ekonomi keluarganya juga semakin meningkat karena banyak orang datang untuk berterima kasih dengan membawa tanda mata, bahkan ada yang menghibahkan tanah untuk tempat pondokan / pesanggaran.
Tetapi sudah menjadi sifat manusia ( nafsu ), setelah memperoleh ilmu tersebut, dia kembali menghilang beberapa bulan untuk meningkatkan ilmunya. Tetapi apa yang terjadi sekembalinya. Stress Berat !!! gagal meningkatkan ilmunya?. Tidak!! justru sebaliknya, ilmunya semakin tinggi, tetapi mengapa dia seperti orang linglung, yah ternyata ilmu yang didapatkan tidak seiring dengan peningkatan kualitas ahlaknya. Allah berkehendak membuka tabir ghaib yang diinginkannya, dia menjadi tahu banyak tentang peristiwa yang sudah & akan terjadi, tetapi Allah tidak berkehendak menguatkan keikhlasanya untuk menerima Takdir ( Qada & Qadar ). Pada saat dibukakan penglihatan oleh Allah tentang kejadian yang bersifat Qada ( ketentuan yang masih bisa diusahakan manusia), dia merasa senang sekali, bahkan dia bisa mengambil keuntungan dengan memberi informasi kejadian kejadian kepada orang yang datang & mendapatkan rasa terima kasih dari sang pasien. Tetapi pada saat dia dibukakan mata ghaibnya yang bersifat Qadar ( ketentuan yang tidak bisa dirubah oleh usaha manusia karena hanya Allah sendiri yang tahu tujuan / hakekatnya), dia belum bisa menerima ketentuan itu, karena tidak sejalan dengan kehendak dirinya yang masih diselimuti sang nafsu..
Puncak terjadinya kelinglungannya pada saat dia dilihatkan oleh Allah akan takdir (qadar) yang akan terjadi pada dirinya bukan kepada orang lain atau pasiennya. Anak semata wayangnya akan meninggal pada usia 5 tahun & anak kedua yang dikandung istrinya akan mengalami cacat. Dia sama sekali tidak bisa menerima kenyataan yang akan terjadi tersebut karena keikhlasannya tidak berbanding lurus dengan ilmu yang diinginkannya. Semua itu bukan karena azab dari Allah, semua itu akibat permintaannya sendiri kepada Allah untuk bisa menjadi orang sakti mandraguna. Ilmu Allah itu memang disebarkan di seluruh pelosok alam ini, siapa pun tanpa terkecuali bisa mengambilnya/mempelajarinya. Cuman masalahnya semua tergantung niatnya, apakah untuk tujuan dunia atau akhirat, apakah dengan ilmu tersebut kita akan semakin bisa mencapai Allah atau malah ilmu tersebut menghijab/menjauhkan kita kepada Sang Pemberi Ilmu. Tanda tanda kita semakin terhijab dengan Allah adalah rasa sombong yang melekat dalamdiri kita, akhlak kita akan semakin jauh dari islam, ilmu tersebut akan digunakan untuk melukai, menyerang, menyantet orang meskipun prakteknya kita menggunakan ayat ayat quran atau menyebut asma Allah. Kalau sudah begini ayat ayat quran bukan lagi sebagai petunjuk tetapi sebagai mantera yang ternyata justru menghijab kita dari Allah, kalau sudah jadi mantera gak ada bedanya dengan affirmasi, energi, getaran, frekuensi yang masih bepusar di urusan duniawi.
Ilmu yang mulia akan membawa manfaat, ilmu yang tidak diridhoi Allah akan membawa fitnah & sesak di dada ( tidak lapang ) bagi yang menjalaninya meskipun pada prakteknya menggunakan ayat ayat suci. Tinggal pilih, manusia bebas memilih, kalau kita cari dunia Allah akan memberikannya, begitu pula sebaliknya. Luruskan niat menggapai ridhoNya, karomah (ilmu, keajaiban, keghaiban) akan datang sendiri sebagai bonus seiring dengan meningkatnya keikhlasan kita karena kemurahan Allah atas keteguhan kita menuju Allah yang akhirnya akan membawa kita bisa menerima taqdir Allah apapun bentuknya.
QS Al Israa’ 18-20
Barang siapa menghendaki kehidupan sekarang (duniawi), maka Kami segerakan baginya dunia itu apa yang kami kehendaki bagi orang yang Kami kehendaki dan Kami tentukan neraka jahanam, ia akan memasukinya dalam keadaan tercela & terusir.
Dan barang siapa yang menghendaki kehidupan akhirat dan berusaha ke arah itu dengan sengguh-sungguh sedang dia adalah Mukmin, maka mereka adalah orang orang yang usahanya dibalas dengan baik.
Kepada masing masing golongan, baik golongan ini atau itu. Kami berikan bantuan dari kemurahan Tuhanmu. Dan kemurahan Tuhanmu tidak dapat dihalangi.
Wassalam
I-ONE

4 komentar:

  1. niat merupakan pangkal segala tindakan...namun dalam tindakan tersebut terdapat bermacam-macam godaan, godaan yang bersifat menyenangkan atau godaan yang bersifat menyakitkan. hal ini yang dapat membelokkan niat....

    BalasHapus
  2. Terima kasih atas kunjungan & commentya.....semoga bisa saling mengingatkan...
    Memang benar saudaraku "wong alit" yah...NIAT adalah awal, proses perjalanan & akhir, bukan sekedar ucapan/pikiran di awal. Sy dah beberapa kali mampir ke blognya "wong alit"..bagus..

    Wassalam
    I-ONE

    BalasHapus
  3. Tetaplah dengan " Hanya kepada Paduka (Allah) kami menyembah dan hanya kepada Paduka kami memohon.
    Tunjukilah kami ke jalan yang benar" bukankah kita berulangkali setiap harinya mengucapkan doa tersebut? secara lisan dan merasuk ke dalam hati? Tuntunan Allah tetap kita mohonkan.

    BalasHapus
  4. Tepat sekali Bp. H.Y.C.Sumaryono, minimal 17 kali setiap muslim memohon (dalam sholat),tetapi masih banyak yang "khusuknya" pada saat memohon saja, setelah selesai kita kembali dalam kondisi bathin seperti sebelum memohon (lupa), padahal kesungguhan itu harus selalu dijaga & diwujudkan dalam laku keseharian. Terima kasih telah mampir...semoga kita selalu mendapat tuntunanNya...Amin

    BalasHapus