Sebagian dari kita masih banyak yang tidak sempat bertafakur tentang kehidupan ini, kita tersibukan dengan rutinitas yang menyita waktu & tenaga hanya untuk urusan empat sehat lima sempurna alias isi perut, bahkan kita dengan seenaknya menabrak nilai nilai ajaran yang mulia untuk urusan perut, kekuasaan, harga diri, pengakuan dan konco konconya ini, yang lebih parah lagi, ada yang sifat sifat kehewanannya lebih dominan dalam kehidupananya, kita suka saling cakar, saling terkam, bahkan tega memakan bangkai saudaranya sendiri seperti yang diceritakan dalam Al Quran :
Hai orang-orang yang beriman, jauhilah kebanyakan purba-sangka (kecurigaan), karena sebagian dari purba-sangka itu dosa. Dan janganlah mencari-cari keburukan orang dan janganlah menggunjingkan satu sama lain. Adakah seorang diantara kamu yang suka memakan daging saudaranya yang sudah mati? Maka tentulah kamu merasa jijik kepadanya. Dan bertakwalah kepada Allah. Sesungguhnya Allah Maha Penerima Taubat lagi Maha Penyayang ( Al Hujurat 12 )
Ehm..., saking nikmatnya, tak terasa ternyata kita memang suka makan bangkai saudara sendiri walaupun secara lahiriah kita tidak terlihat melakukannya seperti Sumanto….glek…nyam..nyam..nyam.....Oh ya, sekalian sekedar mengingatkan bagi saudara saudaraku para caleg..hati hati ya dalam berorasi...ntar lagi kan musim kampanye.....jangan jadi Sumanto...hi..hi..hi...
Kembali lagi kepada masalah rutinitas di atas, dalam benak kita ini seakan sudah tertanam kuat yang namanya pepatah “berakit rakit ke hulu, berenang ke tepian, bersakit sakit dahulu, bersenang senang kemudian”, artinya kalau mau mencapai kebahagiaan atau kesenangan harus bersakit-sakit atau bersusah susah dahulu baru merasakan kesenangan. Sepertinya pepatah inilah yang membuat kita selalu sibuk mengejar angan angan/keinginan yang menenggelamkan kita kepada rutinitas untuk mencapai kesenangan/kebahagiaan sehingga kita lupa bahwa ada tugas yang lebih mulia, yaitu memberi manfaat kepada yang lain dalam kondisi apapun. (bukankah Allah sangat menyayangi hambanya yang menafkahkan hartanya pada saat lapang & sempit). Apakah tidak sebaiknya kita merubah paradigma dengan “ Bersenang senang sekarang , bersenang senang juga kemudian” maksudnya adalah dalam kondisi apapun kita tetap berbahagia/bersyukur (bukankah Allah akan menambah nikmat bagi hambaNya yang bersyukur). Kalau mau di kompres kedalam bahasa agama adalah “bahagia dunia & akhirat”, bahagia sekarang & nanti.
Kembali kepada pokok bahasan, Hidup adalah Pilihan, itulah yang membedakan manusia dengan mahkluk lain, tumbuhan & hewan sudah digariskan seperti itu, begitu juga dengan malaikat sudah didesain sebagai mahluk yang patuh, iblis didesain untuk membantah, mereka tidak punya pilihan, hanya manusia yang diberi pilihan oleh Allah, untuk itulah Allah melengkapi manusia dengan akal/pikiran, hati, ruh, jasad untuk dipergunakan mengarungi hidup di dunia ini yang mempunyai sistem sistem yang sangat canggih & akurat. Sistem tersebut terdiri dari berbagai macam variabel seperti, hukum sebab akibat, hukum tarik menarik, frekuensi, energi, getaran, hukum tolak menolak, resonansi dsb yang semua itu adalah Sunatullah.
Manusia bebas memilih jalan kebaikan atau keburukan (taqwa atau fujur), Allah tidak pernah menyiksa hamba hambanya, semua akibat ulah kita sendiri, semakin bening hati kita, semakin mudah hikmah yang kita ketahui, tetapi kalau hati sudah tertutupi dengan dengan debu (syirik, iri, dengki, hasut, curiga, sombong dsb ) maka kita tidak akan pernah tahu hikmah atau tabir dari setiap kejadian. Yang ada hanya merasa sumpek, tersiksa, mengeluh & tidak ikhlas. Hukum hukum itu akan tetap berjalan, siapa menanam padi akan tumbuh padi, kita menanam jagung akan tumbuh jagung, kita ngrasani orang, pasti akan dirasani, kita mencela orang, suatu saat akan dicela, kita mengambil hak orang lain, suatu saat kita akan kehilangan, kita menanam malas (tidak menanam apapun ) ya tidak dapat apa apa, bahkan terkadang bentuk bentuk kejadian dari balasan tersebut tidaklah selalu sama bahhkan bisa lebih parah, yang sama adalah modusnya, yaitu adanya hukum pembalasan atau hasil yang kita tanam. Misalkan suatu hari kita memaki orang, beberapa saat kemudian kepala kita dilanda pusing, tertabrak mobil, sariawan, telinga pekak dsb, bahkan hal ini sangat memungkinkan terjadi dengan skala kejadian yang lebih hebat lagi. Sedangkan dalam hal kebaikan, hukum-hukum itu juga berlaku sama, contohnya mudah dalam hal rizki, Allah akan memberikan rizki dari arah yang tidak disangka sangka kepada hambanya yang ikhlas meskipun nilai/nominal sedekahnya sedikit ( nilai atau nominal tidak akan berpengaruh dihadapan Allah, tetapi keikhlasannya)
Dengan kita memahami kehidupan & sunatullah yang berlaku, maka kita tidak lagi bingung melihat suatu kejadian itu apakah hukuman, cobaan, atau ujian. Kita akan senantiasa lebih dulu mengembalikan kepada perbuatan kita, bukan menyalahkan orang lain, lingkungan, bahkan Tuhan. Allah mempunyai kehendak tak terbatas yang salah satunya tertuang dalam sunatullah, tinggal kehendak manusia yang menyelaraskan dengan kehendakNya karena manusia diberi kehendak (terbatas), sekali lagi kita bisa memilih..terserah….lha wong kita sendiri yang menanggung resikonya.
Untuk memudahkan pemahaman, kita ambil perumpamaan hukum hukum Allah itu adalah program program yang ada di kalkulator, manusia tinggal pencet ( bebas memilih), jika pencetnya benar ( positif/ taqwa) maka hasilnya akan positif, misalkan 3+5, otomatis program yang akan berjalan menghasilkan 8, 8 itulah yang kan kita peroleh, sebaliknya jika pencet 3 – 5, maka hukum / program akan berjalan menghasilkan (-2 atau negatife/fujur ), itulah yang akan kita dapat, semua hasil hasilnya sudah terprogram dengan pasti, semakin besar & semakin sering kita pencet nilainya, semakin besar pulah hasilnya, entah itu positifnya atau negatifnya….sekali lagi terserah kita. Silahkan pencet atau tekan tombol..dimulai dari sekarang.....!!!!
Perhatian : Sekali salah pencet tombol, kalau tidak segera di “delete” maka hasilnya akan semakin berlipat/kwadrat ( Sekali kita salah memilih, kalau tidak segera bertobat (istighfar) maka Allah akan membiarkan kita jauh terperosok kedalam jurang kegelapan yang semua sudah tersistem dengan canggih & akurat,..... sunatullah...
Wassalam
I-ONE
Tidak ada komentar:
Posting Komentar