Sejak kecil kita sudah dikenalkan dengan Rukun Islam, salah satunya adalah syahadat, tetapi pernahkah kita merenungkan makna dari syahadat itu, mengapa syahadat terletak pada urutan pertama ? bukan sholat , zakat, puasa atau haji ? Mari kita coba bersama sama mengkaji kedalaman makna dari syahadat tesebut.
Syahadat merupakan pintu gerbang menuju Islam, tetapi kita sendiri memperdangkal makna syahadat itu sebatas lisan saja atau tepatnya jika seseorang sudah mengucapkan syahadat berarti sudah islam, atau jaminannya adalah surga, tetapi bernarkah sedangkal itu makna dari syahadat? Mari coba kita ulas dengan hati yang tenang tentang kedalaman makna syahadat. Syahadat adalah kesaksian kita terhadap keEsaan Allah Swt & Nabi Muhammad Saw sebagai utusannNya. Yang namanya bersaksi berarti benar benar memahami & menyaksikan bahwa Allah itu Tunggal, tidak ada tuhan tuhan selain Allah, kita tidak menuhankan, pikiran, masalah, rumah, mobil, anak, uang, jabatan dsb. Maksudnya…????!!! Padahal selama ini, perasaan kita tidak pernah menuhankan sesuatu selain Allah kan ? Ya benar, tetapi itu asumi kita bahwa tuhan yang kita sebut (tepatnya secara lisan) selama ini hanya Allah, tetapi kenyataanya sangat bertolakbelakang, Lho kok bisa!!! Itu argumen kita karena tidak terima…itu ngawur…sergah kita…..
Baiklah, mari kita amati di dalam dada / hati kita, pada saat bangun tidur apa yang pertama kita pikirkan atau ingat (dzikir), Allah kah atau yang lain (perkerjaan kita, masalah kita, hutang kita, dagangan kita, rumah kita, dsb). Begitu juga pada saat aktifitas kita sepanjang hari, apakah kita selalu sadar / ingat (dzikir) kepada Allah atau yang lain ? Dan juga pada saat mau tidur, ingatan kita apakah kepada Allah atau kepada segala keruwetan masalah yang kita hadapi ? Padahal Allah meminta kita untuk mengingatNya (dzikir) pada saat kita berbaring, duduk & berdiri supaya hati kita tenang. Tetapi agaknya kita saja yang membandel & TERLALU PERCAYA DIRI untuk tidak selalu mengingat Allah di setiap waktu. Misalkan pada saat kita mendapat kegembiraan, lisan kita hanya berucap Alhamdulillah, setelah itu kita larut dalam kegembiraan itu (kita hanya berucap SUWUN...!!! lalu kita asyik sendiri tanpa memperdulikanNYA lagi) atau pada saat kita mendapat kesusahan, kita selalu berdoa, tetapi setelah hilang kesulitan tersebut kita lupa lagi. Jadi frekuensi kita ingat ( dzikir) kepada Allah hanya pada saat tertentu & sedikit sekali prosentasenya. Padahal sekali lagi Allah jelas jelas menyatakan kalau kita ingat kepadanya sepanjang waktu pasti dijamin 100% hati jadi tenang. Lalu apa hubungannya dengan kita menuhankan sesuatu selain Allah ??? Sudah jelas dong hubungannya erat sekali karena dalam keseharian kita lebih banyak menyandarkan hidup kita kepada harta kita, mobil kita, jabatan kita, dagangan kita daripada kepada Tuhan, maksud lo gimana……!!!! Begini, sebelum kita mencoba mencari sandaran yang benar yaitu Allah, ada baiknya kita memahami dulu apa sih yang disebut dengan menuhankan ? Menuhannkan adalah meletakkan / menyandarkan kesadaran kita kepada sesuatu yang dianggap bisa melindungi /menjamin /mengayomi yang bisa membuat hati kita menjadi tenang / tentram. Jadi siapapun bisa merasa tenang setelah menyandarkan dirinya kepada sesuatu yang bisa dianggap melindunginya. Tapi masalahnya apakah sudah benar SANDARAN kita ? Misalkan, kita merasa masa depan kita aman kalau kita mempunyai Deposito di bank yang bunganya 5jt atau bisa mencukupi biaya hidup kita selama 1 bulan, kita merasa aman jika di rumah kita ada sebilah keris/pedang yang bisa menolak energi negatif, kita merasa aman kalau bisa mencapai jabatan tertentu. Contoh contoh tersebut adalah gambaran sandaran sandaran (tuhan tuhan) kita yang dianggap bisa menenangkan hati. Tetapi benarkah demikian ???? Kita kembali lagi bahwa Tuhan kita Adalah Allah yang Maha Tunggal, jika Allah menjamin ketenangan pada saat kita berada di wilayah Illahi maka tidak ada pasangannya, yang ada hanya ketenangan saja. Tetapi kalau sandaran kita selain Allah pasti akan menjumpai segala sesuatu berpasangan (tidak tunggal) sebab Allah menciptakan segala sesuatu di alam semesta ini selalu berpasangan (ada siang malam, senang susah, baik buruk, atas bawah, pria wanita, dll). Jadi kalau sandaran kita kepada selain Allah maka konsekuensinya selalu bertemu dengan pasangan tersebut, misalkan pada saat kita tenang punya deposito, pasti akan tidak tenang pada saat habis/hilang, pada saat kita punya jabatan menjadi tenang, maka pada saat diambil akan susah, karena semua berpasangan & tidak kekal. Kita boleh atau sah sah saja menolak semua uraian diatas karena kita mengaku selama ini Tuhan kita adalah Allah., tetapi hanya diri kita masing masing yang tahu apakah kita masuk didalamnya atau tidak.
Kembali ke pertaanyaan di atas mengapa Syahadat terletak pada urutan pertama di dalam Rukun Islam? Jawabanya adalah sebelum kita melaksanakan rukun rukun islam yang lain sebagai bentuk ketaatan & bekal kita dalam mejalankan kekhalifahan di muka bumi ini, kita harus lebih dulu bersaksi dengan benar (bukan hanya secara lisan) bahwa Allah adalah Dzat tempat kita bersandar. Tetapi bagaimana kita mau bersaksi kalau kita belum mengenalNYA ?, Semua tuntunannaya ada di dalam Al Quran, ya…kita di suruh IQRA (Membaca), tetapi arti Iqra jangan hanya diartikan membaca derngan tulisan saja, tetapi membaca tanda tanda kekuasaan & eksistensi Allah lewat semua kejadian yang ada di alam semesta ini termasuk dalam diri manusia. (Nabi Muhammad tidak bisa membaca secara tulis tetapi beliau dengan kejernihan hati bisa membacas bahasa qalam Tuhan).
Untuk mengenal sandaran kita (Allah) atau Dzat yang kita sembah, mari kita buka ayat ayat yang Insya Allah akan membuat kita tidak salah arah :
Al Baqarah 186 : Dan apabila hamba hambaKu bertanya kepadamu tentang AKU, maka sesungguhnya AKU DEKAT, aku kabulkan permohonan orang orang yang berdoa apabila dia berdoa kepadaKu, maka hendaklah mereka memenuhi segala perintahKu dan hendaklah mereka beriman kepadaKU, agar mereka selalu dalam kebenaran.
Al Qaf 16 : Dan sungguh, kami telah menciptakan manusia dan mengetahui apa yang dibisikkan oleh hatinya, dan KAMI LEBIH DEKAT DARIPADA URAT LEHERNYA.
Al Baqarah 115 : Dan milik Allah timur dan barat. KEMANAPUN KAMU MENGHADAP DISITULAH WAJAH ALLAH. Sungguh Allah Maha Luas, Maha Mengetahui.
Al Fussilat 54 : Ingatlah, sesungguhnya meraka dalam keraguan tentang pertemuan dengan Tuhannya. Ingatlah sesungguhnya DIA MELIPUTI segala sesuatu
Asy Syura 11 : Dia pencipta langit & bumi. Dia menjadikan bagi kamu dari jenis kamu sendiri pasangan pasangan, dan dari jenis binatang ternak pasangan pasangan (pula). Dijadikan kamu berkembang biak dengan jalan itu. TIDAK ADA SESUATU APAPUN SERUPA DENGAN DIA, dan Dia Maha Mendengar, Maha Melihat.
Dari beberapa ayat tersebut sangat gamblang Allah menginformasikan bahwa Dia sangat Dekat bahkan lebih dekat dari urat leher kita. Kemudian ditegaskan lagi kemanapun kita menghadap, disitu pasti ada Allah, wah… gak bisa lari kemana mana dong….!!??? Masih ditambah lagi Dia meliputi segala sesuatu….kita tahu kan bahwa meliputi itu berarti bisa di luar , bisa di dalam, tidak beruang, tidak berdimensi waktu, tidak berdimensi jarak …..berarti kita tenggelam dong….???!!!! Tetapi perlu diingat bahwa Allah jangan dibayangkan seperti udara atau air karena DIA tidak bisa diserupakan dengan apapun !!!! Otak kita tidak akan mampu membayangkannya atau coba coba melihat dengan panca indera kita !!!! (Nabi Musa pernah ingin melihat Allah dengan mata, tetapi ketika Allah menampakkan dirinya kepada Gunung sehingga gunung meletus , musa pun pingsan) Kekuatan yang Maha Dahsyat itu yang menggerakkan kita, nafas kita, jantung kita, paru paru kita..kalau ingin bukti kedahsyatannya, coba lawan sunatullah tersebut, coba tahan gerak paru paru kita, 10-30 detik masih bisa, tetapi coba lawan dengan menahan 5 menit saja kita bisa wasalam….
Memang ada sebagian ulama yang menafsirkan Allah itu berdiam di arsy, yang meliputi itu adalah ilmuNYA bukan dzatNYA, yang dekat adalah kekuasaanNYA (Allah di langit), semua sah sah saja, tetapi saya lebih cenderung kepada DzatNya, karena Allah Maha Besar segalanya ( Allahu Akbar). Kalau Allah di langit & yang meliputi hanya ilmunya, berarti Allah itu berjarak dengan kita, berarti Allah tidak Maha Besar karena masih lebih besar alam semesta padahal langit, bumi, arsy , jarak, ruang & waktu adalah ciptaanNYA yang tidak mungkin lebih besar dari penciptanya.
Kembali kepada judul dia atas (Memperbaharui Syahadat), mari kita coba menata ulang lagi apakah syahadat yang kita ucapakan apakah hanya sebatas lisan (tanpa Makna) saja atau kita telah memahami & benar benar menjadi saksi bahwa hanya kepada Allahlah kita bersandar ( bertuhan ), bukan kepada problem kita, jabatan kita, harta kita atau dengan kata lain waktu yang kita miliki ini lebih banyak digunakan untuk ingat kepada Allah atau malah tersita oleh keruwetan kita sendiri ? Selama kita tidak benar benar menyerahkan segala urusan kita kepada Allah, pasti hati kita masih tidak akan tenang meskipun lisan kita mengucapkan Allah, Allah…Islam artinya BERSERAH DIRI, kalau kita benar benar berserah diri, maka Allah yang akan berperan… maka kita tinggal menyaksikan Allah menyelesaikan semuanya…kita sebagai saksi tinggal bilang… Oh… ternyata itu maksud Allah memberi pelajaran…Oh begini toh maksud Allah memberi ujian….Oh ini toh hikmahnya…. Oh..begini toh Allah menggiring kita untuk menjadi orang lebih bertaqwa…..dst….
Apabila Syahadat kita sudah benar, Insya Allah Rukun Rukun yang lain akan beres (sempurna) karena kita sudah menjadi saksi & tahu alamat yang kita sembah serta tempat kita bersandar, kita akan menjalankan rukun rukun tersebut bukan karena kewajiban lagi, tetapi sebagai kebutuhan sebagai khalifah di bumi ini.
Wassalam
I-ONE